Rabu, 29 Oktober 2014

Pedas dan Gurih, Jajanan ala Korea

Stand Cooking Oppa, berlokasi di Mall Ciputra Grogol lantai 4
JAKARTA, KOMPAS.com – Pengaruh ”Gelombang Korea” (Korean Wave) di Indonesia sudah terasa sejak 2012 lalu. Mulai dari hari itu, segala hal yang berbau Korea mulai digandrungi. Mulai dari drama, penyanyi asal Korea (K-Pop) hingga yang tahun ini mulai banyak ditemui, yaitu kuliner asal Korea. Beragam resto hingga warung makan yang menawarkan hidangan Korea bisa menjadi pilihan terutama bagi mereka yang menggandrungi ingar-bingar negeri ginseng tersebut.

Cooking Oppa salah satunya, booth sederhana yang menawarkan beragam jajanan asal Korea tersebut mulai dikenal di media sosial seperti twitter dan instagram. Walaupun baru buka sejak Juni lalu, Cooking Oppa sudah sudah memiliki banyak pelanggan setia. Berlokasi di salah satu pusat perbelanjaan Jakarta Barat-Mall Ciputra (Citraland) Grogol, Cooking Oppa menawarkan menu jajanan Korea yang biasanya hanya bisa ditemui di tayangan drama.

Topoki dalam kemasan menarik di Cooking Oppa
“Restoran Korea yang menyajikan makanan-makanan berat memang sudah banyak, tetapi untuk jajanan masih sangat jarang. Dengan menyasar mereka yang menyukai K-Pop, Cooking Oppa hadir dengan menawarkan menu jajanan Korea dan informasi terkini soal K-Pop,” ujar pemilik Cooking Oppa, William Yuswan ditemui di gerainya.

dalam satu porsi Gochu Chickin di Cooking Oppa terdapat potongan ayam goreng tepung tanpa tulang dengan kentang goreng dengan saus yang bisa dipilih sesuai selera. Gochu berarti sausnya memiliki cita rasa pedas

Menu Cooking Oppa

Gerai Cooking Oppa sungguh sederhana, berada di badan jalan lantai 4 Mall Ciputra Grogol, Anda bisa menemui di perbatasan jalan menuju Food Library. Tempatnya tak terlalu besar, dengan warna dominan kuning, sisi depan gerai ditempel stiker berwarna-warni. “Stiker-stiker ini berisi pesan-pesan, komentar soal K-Pop,” ujar William.

Sajian menu yang dihadirkan Cooking Oppa mungkin sudah populer bila Anda sering menyaksikan tayangan drama Korea.

Ada tiga menu utama di sini, yaitu Topoki, Gochu Chickin dan Honi Chickin. Topoki biasa disebut dengan kue beras Korea yang sangat terkenal di negerinya. Di sana, gerai penjual Topoki bisa ditemui di tiap sudutnya. Topoki sendiri merupakan kue beras yang dibalur dengan saus pedas manis di atasnya. Karena memakai konsep fussion, dalam satu porsi Topoki di Cooking Oppa terdapat tambahan sosis dan juga kentang. Kentangnya sedikit mirip pom pom potato.

Sedangkan Chickin yang dibedakan menjadi dua yaitu Gochu dan Honi sebenarnya adalah menu yang ssma dengan saus yang berbeda. Gochu untuk pedas dan Honi untuk saus dengan rasa manis. Berbeda dengan Topoki, dalam seporsi di dua menu ini hanya terdapat kentang dan juga potongan ayam goreng tepung yang gurih, tak lupa di bagian atas dibaluri saus. Untuk menikmati menu-menu tadi, pembeli bisa merogoh kocek sebesar Rp 19.000 hingga Rp 23.000. Harga yang cocok untuk anak muda.

Sayangnya, Cooking Oppa tak dilengkapi dengan meja dan kursi sebagai tempat pembeli menikmati di tempat.

“Sebenarnya untuk saus, kitajuga menyiapkan saus-saus bercita rasa Indonesia, dahulu ada saus rendang dan sambal terasi tapi saat ini hanya tinggal yang terasi,” tambah William.

Untuk saus, setiap harinya segar. Karena perputaran pembuatan saus, dilakukan oleh William saat pagi hari sebelum gera Cooking Oppa dibuka. “Bahan-bahan yang kita pakai juga segar, kalau Topoki saya impor tapi kalau yang lain enggak. Saus saya buat sendiri setiap pagi, kalau olahan ayam dibuat saat malam,” ungkapnya.

Cooking Oppa dan Pecinta K-Pop

Usia usaha yang dijalani William ini memang terhitung sangat baru, tetapi ia optimis karena peminatnya besar. “Saya melihat kecenderungan dan antusiasme mereka yang suka K-Pop ingin mencoba segala hal yang ada kaitannya dengan Korea, salah satunya snack yang kami tawarkan ini. Saat ini saja kalau dihitung rata-rata per hari biasa ada sekitar 50 pengunjung yang datang, kalau akhir pekan akan lebih banyak lagi,” ulasnya.

Cooking Oppa, kata William sebenarnya sudah mulai berdiri satu tahun lalu yaitu pada bulan Oktober 2013 hanya saja belum memiliki gerai tetap. “Setahun yang lalu, Cooking Oppa hanya bisa ditemui di bazar atau event-event sekolahan. Perjalanannya panjang hingga bisa memiliki gerai tetap. Karena awalnya saya bahkan tidak mengetahui seluk-beluk Korea pun makanannya. Waktu awal coba-coba buat makanan ala Korea pun gagal, beberapa kali rasanya mengecewakan,” kenangnya.

Saat itu, William hanya melihat kecenderungan dan antusiasme masyarakat Indonesia yang gandrung dengan hiburan Korea. Drama Korea yang ditayangkan hampir setiap hari hingga eksistensi K-Pop yang mewarnai ranah hiburan di Indonesia.

“Sampai akhirnya saya mendengar salah satu musik K-Pop dan saya suka, dari situ saya coba dalami dan menjadi bagiannya. Dari situ ushaa saya lancar. Yang membuat Cooking Oppa berbeda dengan tempat kuliner Korea lainnya mungkin karena saya juga turut memfasilitasi bagi mereka yang suka K-Pop. Di media sosial saya berbagi informasi K-Pop, lalu bila ada konser dengan suka hati saya akan buatkan banner atau spanduk artis terkait,” paparnya.

Hal tersebut dilakukan William semata-mata untuk membuat pelanggannya lebih merasa dekat dengan Cooking Oppa. “Di gerai kami juga saya pasang Music Video di LED TV, info-info ringan yang disebar pun mendapat sambutan baik. Info-info ringan saja, misalnya episode Running Man sudah hadir, atau kegiatan seputar K-Pop,” tambahnya.

Bersumber dari : Sri Noviyanti - travel.kompas

Rabu, 22 Oktober 2014

Traveling ke Jepang, Ayo Minum Matcha Biar Panjang Umur

Tea house Tsuboichi, tempat minum Matcha legendaris di Kota Sakai (Mega/detikTravel)
Sakai - Jangan sampai melewatkan wisata kuliner kalau traveling ke Jepang. Untuk kuliner minuman, wisatawan wajib mencoba teh hijau Jepang, alias Matcha. Ini adalah salah satu rahasia umur panjang orang Jepang.

detikTravel bersama para jurnalis Sakai Asean Week 2014 berkesempatan mengunjungi sebuah tea house di salah satu sudut Kota Sakai, Jepang yang sudah berusia sangat tua. Namanya tea housenya adalah Tsuboichi. Pemiliknya mengklaim tea house tersebut sudah ada sejak 330 tahun lalu.

Desain dan bahan bangunannya dipertahankan seperti aslinya. Terlihat tiang-tiang penyanggah kayu sudah lapuk namun tetap kokoh. Dindingnya pun sebagian terbuat dari kertas. Makanya jika ada tamu yang baru pertama kali datang ke tea house ini selalu diingatkan untuk berhati-hati agar tidak merusak bagian-bagian rumah tersebut.

Di sini kami menikmati Matcha hangat yang disajikan bersama dengan Wagashi, jajanan tradisional Jepang. Rasa pahit Matcha ternetralisir dengan manisnya Wagashi.

Mika Tanimoto meracik teh Matcha (Mega/detikTravel)
Sang pemilik rumah, Yozo Tanimoto (85) bercerita bahwa dirinya sekitar 40 tahun lalu pernah datang ke Indonesia. Tepatnya ke Puncak, Bogor, Jawa Barat. Alasannya tentu saja mencari teh terbaik dan berencana untuk membawanya ke Jepang.

Namun dia mengaku tidak bisa berlama-lama di Indonesia. Sebab saat itu menurutnya Indonesia sedang 'diserang' oleh komunis. Sehingga dia memutuskan untuk kembali ke Jepang. Yozo juga sempat berbagi tips kesehatan bagi para tamunya. Salah satu pola hidup sehat yang dia jalani adalah dengan rutin meminum Matcha. Menurutnya, Matcha lah yang membuat dirinya berumur panjang hingga saat ini.

"Mengapa saya sudah 85 tahun masih segar bugar begini? Karena saya selalu minum Matcha," ungkapnya.

Aneka pernak-pernik minum teh khas Jepang (Mega/detikTravel)
Yozo memang terlihat fit hari itu. Dia tidak tampak lelah meski berdiri begitu lama saat melayani para awak media melakukan wawancara. Bahkan dia dengan semangat dan menggebu-gebu ketika menceritakan ilmunya tentang teh hijau.

Sekedar diketahui, Matcha ini adalah minuman favorit para bikshu dan samurai pada zaman dahulu. Matcha juga disebut-sebut sebagai cara ampuh untuk menghilangkan kelaparan. Selain itu, kadar antioksidan dalam matcha juga tinggi, yaitu sekitar 130 kali dari teh hijau biasa.

Matcha juga memiliki kafein dan asam amino L–theanine, yaitu zat yang baik untuk memperbaiki mood. Bahkan di Jepang, L-theanine dijual sebagai pereda stress. Hal ini mungkin bisa menjadi kabar baik bagi mereka yang tidak bisa lepas dari kopi.

Selain diminum, Matcha juga bisa dijadikan produk olahan lain. Salah satunya adalah biskuit yang dijual di tea house ini. Namanya Poru Boron Cookies. Memakan kue ini, dipercaya dapat mengabulkan permintaan si pemakannya.

Yozo Tanimoto (85), pemilik tea house Tsuboichi (Mega/detikTravel)
"Sambil mengunyah, Anda pikirkan permintaan yang ada inginkan. Maka hal itu akan terwujud," kata Mika Tanimoto, salah satu cucu Yozo yang juga membantu pelayanan di tea house tersebut.

Ketika ditanya, apakah dirinya pernah melakukannya dan berhasil, Mika menjawabnya permintaannya pernah terkabul. " Iya. Saya merasa permintaan saya sudah terwujud," tutur Mika tanpa menjelaskan apa yang menjadi mimpinya itu.

Bersumber dari : Mega Putra Ratya - d'traveler

Rabu, 08 Oktober 2014

Batu Cermin, Gua Ajaib Dari Labuan Bajo

Labuan Bajo - Labuan Bajo di Flores, NTT menjadi kota perhentian traveler yang ingin menjelajah Taman Nasional Komodo. Tapi jangan salah, Labuan Bajo juga punya tempat wisata. Gua Batu Cermin adalah bukti keajaiban alam di Flores.

Gua Batu Cermin terletak di Wae Sambi, Labuan Bajo, Flores, NTT. Gua ini menjadi destinasi wisata alam sekaligus sejarah favorit karena lokasinya tak jauh dari keramaian.


Di sinilah, traveler bisa menemukan bukti Labuan Bajo yang berada di bawah laut ribuan tahun silam. Berbekal helm dan senter, traveler bisa masuk gua tentunya dengan bantuan guide.



Lanskap di sekitar Gua Batu Cermin didominasi bebatuan karang. Ini adalah bukti pertama Labuan Bajo dulu berada di bawah laut.


Gua ini dinamakan 'Batu Cermin' karena di dalamnya terdapat batu-batu mirip kristal. Di satu bagian gua yang terdapat lubang di bagian atas, air menggenang saat musim hujan. Air tersebut menggenang di dasar gua, kemudian memantulkan cahaya matahari ke bebatuan tersebut.


Cekungan di langit-langit gua ini menjadi bukti kedua Labuan Bajo pernah ada di bawah laut. Ini adalah bekas pusaran air karena arus kencang di dalam gua.


Bukti ketiga adalah terdapatnya fosil hewan laut. Selain fosil penyu di dalam gua, ada pula fosil ikan di dinding luar gua .


Lanskap di sekitar Gua Batu Cermin sangat cantik. Selain batu-batu karang, terdapat juga pohon-pohon dengan akar raksasa.

Bersumber dari : Sri Anindiati Nursastri - detikTravel